Showing posts with label Kabar. Show all posts
Showing posts with label Kabar. Show all posts

Tuesday 2 September 2014

Posted by Unknown
No comments | 21:36
Bisnis Indonesia – 11/11/2013.World Economic Forum (WEF) belum lama ini membawa kabar menggembirakan bagi Indonesia. Lembaga dengan reputasi internasional ini mengatrol peringkat Indonesia dalam daftar daya saing global (Global Competitiveness Index – CGI) 2013. Dalam laporannya September lalu, WEF menyatakan posisi Indonesia naik dari urutan 50 menjadi 38 dengan skor 4,53. Indonesia disebut merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan daya saing secara cepat dan dinamis di kawasan Asia Pasifik. WEF menobatkan Indonesia sebagai negara dengan lompatan tinggi.
Meski mengatrol peringkat daya saing Indonesia, dalam laporannya yang pernah dirilis menjelang awal 2013 lalu, WEF jugalah yang mengeluarkan “peringkat” kepada Indonesia, dengan menyebutkan bahwa kualitas infrastruktur di Indonesia ternyata adalah termasuk yang paling buruk se-Asia Tenggara.
Kualitas infrastruktur Indonesia dinilai terendah se-Asia, hanya lebih baik dibandingkan dengan Filipina. Kendati tertinggal dibandingkan dengan banyak negara, sangat tak pantas untuk menyebut Indonesia sebagai negara yang gagal dalam membangun infrastruktur. Indonesia tidak cacat infrastruktur. Indonesia juga “belum habis”.
Kerja pemerintah membangun dan mempercepat pengembangan infrastruktur selama ini juga sangat pantas diapresiasi karena telah cukup banyak memberikan support bagi ekonomi domestik.
Sedikitnya 38.000 km panjang jalan nasional telah terbangun hingga 2012. Sejumlah bandara dan pelabuhan baru telah dibangun dan ditingkatkan fungsinya. Jembatan-jelbatan baru juga sudah dibangun megah. Jaringan infrastruktur di tingkat kabupaten dan pedesaan juga berhasil dibenahi. Pembangunan infrastruktur jalan di daerah juga mencapai banyak kemajuan. Namun, harus diakui, semua itu belum cukup menjadikan Indonesia lebih siap untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Di sisi lain, pembangunan Infrastruktur sekaan berpacu dengan laju tingkat kebutuhan. Lihatlah kondisi bandara di sejumlah kota besar yang secara nyata sudah sangat kelebihan beban. Catat juga kondisi pelabuhan semisal Tanjung Priok di Jakarta yang jelas-jelas sudah megap-megap untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat. Simak pula kondisi jalan di kota-kota besar yang tak lagi secara efektif mampu mengakomodasi kebutuhan penggunanya.
Artinya, memang sangat diperlukan gerak lebih cepat dan aksi lebih nyata untuk mengembangkan seluruh jaringan infrastruktur nasional. Meski berhasil membangun infrastruktur nasional dalam beberapa dekade belakangan ini, dan keberhasilan itu pula lah yang menopang pertumbuhan ekonomi nasional hingga bisa mencapai 6%-7% tahun lalu, Indonesia tetap harus menyiapkan upaya pengembangan infrastruktur secara lebih cepat dan agresif.
Ini yang seringkali disebut banyak kalangan sebagai upaya percepatan pembangunan infrastruktur.
Peningkatan Investasi
Salah satu kunci keberhasilan pembangunan (dan percepatan pembangunan) infrastruktur adalah mengupayakan peningkatan investasi di bidang infrastruktur. Jujur saja, upaya ini masih dihadang banyak persoalan. Padahal, investasi di bidang pembangunan infrastruktur sesungguhnya adalah sebuah peluang sangat besar. Asia Macquarie Capital pernah merilis risetnya bahwa investasi infrastruktur di Indonesia sesungguhnya tergolong paling menarik di Asia, dibandingkan dengan China dan India. Selain karena pertumbuhan ekonomi yang dipercaya akan terus meningkat, ketersediaan infrastruktur di Indonesia masih minim.
Bappenas pernah merilis data bahwa total investasi infrastruktur Indonesia terhadap PDB masih terbilang kecil, baru 4,51%, tertinggal jauh dibandingkan negara lain seperti China dan India. Sejak 2009 silam, investasi infrastruktur di India sudah di atas 7% terhadap PDB. Di China, sejak 2005, investasi infrastruktur bahkan sudah mencapai 9%-11% dari PDB. Sementara itu, Indonesia masih berada di bawah angka 5%.
Padahal berdasarkan rule of thumb, kebutuhan investasi infrastruktur harus di atas 5%. Meski tren alokasi infrastruktur mengalami kenaikan, ada jarak yang cukup jauh antara kebutuhan infrastruktur Indonesia yang saat ini baru 4,51% dan kebutuhan infrastruktur 7% terhadap PDB.
Sesungguhnya, tak terlalu sulit untuk meningkatkan investasi di bidang infrastruktur. Beri kemudahan, kikis habis segala hambatan, sediakan insentif. Menjaring modal asing dan lokal untuk kepentingan infrastruktur tak harus ribet. Terapkan cara praktis dan pragmatis, meski tetap harus dalam koridor hukum yang berlaku. Tapi, jika aturan dan hukum pun dirasa sudah cenderung kontraproduktif dan “basi” untuk sebuah tujuan yang lebih besar, ketentuan-ketentuan itu pun tak harus dipertahankan.
Wapres sendiri sudah menyatakan dengan tegas bahwa regulasi yang menghambat harus diberantas. Hambatan investasi infrastruktur yang secara substansial banyak sekali disebabkan oleh urusan pembebasan lahan, misalnya, harus dibabat habis. Investor tak boleh dibuat gelisah melihat perundang-undangan baru tentang pembebasan lahan, ternyata belum juga bisa diberlakukan secara efektif.
Koordinasi antar lembaga yang oleh banyak investor juga sering dikeluhkan menjadi hambatan investasi infrastruktur, pun mutlak harus dibenahi. Sangat disayangkan, jika otoritas pengembangan infrastruktur tak mampu bekerja optimal dan menyumbangkan hasil maksimal hanya karena instansi dan lembaga lain tak mampu memberikan dukungan yang seharusnya.
Jangan Tanggung
Indonesia pun sebenarnya tak harus lagi selalu gamang dalam menyediakan perangsang. Tak usah lagi tanggung-tanggung dan harus lebih berani memberikan dorongan serta insentif yang atraktif untuk merebut dan menjaring minat pemodal. Sekarang lah saatnya melakukan aksi nyata. Jika perlu, dengan sedikit radikal.
Insentif teknis sangat dibutuhkan, sementara insentif non teknis seperti kemudahan dan perangsang fiskal juga sangat ditunggu. Termasuk misalnya, menyediakan cara-cara praktif, mudah dan murah untuk mendapatkan pendanaan bagi investasi infrastruktur.
Indonesia memang sedang menghadapi tantangan besar dalam menjaga, mempertahankan dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil pada “angka yang meyakinkan”, kendati pun dengan pertumbuhan sekitar 5,5% saja dalam kurun waktu satu semester terakhir ini, Indonesia berada di peringkat kedua terbaik dunia, setelah China.
Negeri ini memang membutuhkan gerak cepat dalam membangun infarstrukturnya. Mungkin, dibutuhkan juga kemauan politis (political will) yang lebih kuat dari penguasa negeri ini. Presiden SBY sendiri telah pernah mencanangkan 2012 lalu sebagai tahun kebangkitan infrastruktur. Jargon dan slogan kebangkitan telah dikumandangkan. APBN pun sudah akan digerakkan untuk menggenjot investasi infrastruktur.
Nyatanya, semua kalangan masih saja belum (bisa) bergerak optimal, apalagi setelah krisis keuangan dan ekonomi regional dan global juga ikut membuat ekonomi Indonesia sedikit guncang beberapa waktu lalu. Banyak yang mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia sudah nyaris kehilangan momentumnya untuk menggenjot pembangunan infrastruktur (yang berkualitas).
Tapi, banyak juga yang tak percaya. Yakinlah, Indonesia masih punya banyak kesempatan untuk terus menggalang kekuatan dan kemampuan membangun infrastruktur yang baik dan berkualitas. Political will yang lebih “keras” memang sangat dibutuhkan untuk merangsang aksi-aksi gerak cepat dan nyata membangun infrastruktur.
Pada sisi lain, pemerintah mungkin sangat perlu untuk meningkatkan alokasi anggaran untuk pengembangan infrastruktur. Banyak kalangan menilai, jumlah anggaran sebesar Rp208 triliun pada 2013 ini masih belum cukup, apalagi Indonesia ingin lebih agresif membangun. Mereka menyebut angka: seharusnya 20% dari PDB.
AS dan Jepang dapat sukses keluar dan terhindar dari ancaman krisis ekonomi belakangan ini, justru karena menyadari hal-hal semacam ini. Mereka meningkatkan porsi anggaran untuk infrastrukturnya, karena tahu persis bahwa keputusan itu akan berimplikasi sangat signifikan, menghasilkan efek berganda yang sangat positif.
Sekali lagi, tantangan saat ini dan ke depan sebenarnya adalah percepatan aksi. Tak perlu lagi wacana mengambang, tak butuh lagi diskusi panjang. Ini juga akan menjadi tantangan pemerintahan yang akan datang, dan tampaknya akan kian berat. Hambatan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur harus terus diberantas.
Ditulis oleh: Ir. Bobby Gafur Umar, MBA (Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia)
sumber: Koran Bisnis Indonesia, 11/11/2013.

Thursday 18 July 2013

Posted by Unknown
No comments | 11:10
Pada setiap peristiwa, selalu ada pelajaran yang disematkan Allah di dalamnya. Tinggal apakah umat Islam mau mengambilnya atau tidak. Kudeta militer yang menggulingkan Presiden Mesir Muhammad Mursi juga sarat pelajaran bagi umat Islam dan gerakan dakwah, di seluruh penjuru dunia. Agar –diantaranya- kudeta serupa tidak terulang saat gerakan Islam berkuasa...

Berikut ini 6 Pelajaran Penting dari Kudeta Militer di Mesir yang ditulis oleh Ustadz Faridz Nu’man di situs pribadinya:

Pelajaran Pertama. Pertarungan abadi antara al haq dan al batil, serta junudul haq dan junudul batil.

Ikhwah fillah a’azzaniyallah wa iyyakum

Ini adalah hakikat yang tidak terbantahkan, bahwa keduanya tidak akan pernah akur, kecuali hudnah dalam waktu yang sesaat. Sirah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengajarkan, Bani Khuzaah yang pernah memberikan pertolongan kepada perjuangan Beliau pun akhirnya berkhianat hingga menghasilkan perang Khandaq.

Basa basi yang mereka lakukan di hadapan Islamiyyun (aktifis muslim), hanyalah permen manis untuk melenakan kita agar terlupa atas kejahatan dan makar-makar mereka yang lalu, sekarang, dan akan datang. Maka, jangan pernah melupakan madah tarbiyah: “Ash Shiraa’ bainal haq wal baathil”

Pelajaran Kedua. Musuh-musuh da’wah bersatu walau mereka juga mengalami friksi.

Ikhwah fillah

Ini pelajaran kedua, yang begitu terang benderang. Al Kufru millatu waahidahi. Apa pun baju dan merk mereka, walau mereka juga terjadi perpecahan, mereka mampu melupakan perselisihan di antara mereka sendiri demi menghalau musuh mereka bersama; aktifis muslim. Jika sudah selesai, maka mereka akan berselisih kembali.

Tahsabuhum jami’an wa quluubuhum syatta… kamu menyangka mereka bersatu padahal hati mereka berpecah belah.

Baik itu liberal, sekuler, zionis Yahudi, dan Salibis, baik di Indonesia, Mesir, AS, Uni Eropa, dan lainnya sama saja!

Pelajaran Ketiga. Tidak padunya sesama aktifis muslim

Perhatikan nasihat Rabbani ini:


وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai Para muslimin) tidak bersatu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (QS. Al Anfal: 73)

Sungguh disayangkan, ketika Presiden Muhammad Mursi dikudeta, justru Hizbun Nuur (Salafi), Raja Abdullah dari Arab Saudi, dan yang semisal mereka malah mendukung penggulingan itu, bahkan memberikan selamat kepada presiden baru.

Padahal ini bertentangan dengan aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang melarang memberontak kepada pemimpin yang sah lagi shalih. Bukankah ini yang selalu mereka dengungkan, bahkan mereka menyebut khawarij bagi para pelaku bughat?

Berkata Imam An Nawawi Rahimahullah:

وأما النصيحة لأئمة المسلمين فمعاونتهم على الحق وطاعتهم فيه وأمرهم به وتنبيهم وتذكيرهم برفق ولطف وإعلامهم بما غفلوا عنه ولم يبلغهم من حقوق المسلمين وترك الخروج عليهم وتألف قلوب الناس لطاعتهم قال الخطابي رحمه الله ومن النصيحة لهم الصلاة خلفهم والجهاد معهم وأداء الصدقات إليهم وترك الخروج بالسيف عليهم إذا ظهر منهم حيف أو سوء عشرة وأن لا يغروا بالثناء الكاذب عليهم وأن يدعى لهم بالصلاح وهذا كله على أن المراد بأئمة المسلمين الخلفاء وغيرهم ممن يقوم بأمور المسملين من أصحاب الولايات وهذا هو المشهور وحكاه أيضا الخطابي ثم قال وقد يتأول ذلك على الأئمة الذين هم علماء الدين وأن من نصيحتهم قبول ما رووه وتقليدهم في الأحكام وإحسان الظن بهم

Ada pun nasihat untuk para imam kaum muslimin adalah: dengan membantu mereka di atas kebenaran, mentaati mereka, memerintahkan mereka dengan ketaatan, dan memperingatkan mereka dengan cara lembut dan santun, memberitahu mereka ketika mereka melalaikan hak kaum muslimin, tidak memberontak, dan menyatukan hati kaum muslimin untuk mentaatinya. Berkata Al Khathabi Rahimahullah: diantara bentuk nasihat untuk mereka adalah: shalat di belakang mereka, jihad bersama mereka, menunaikan zakat, tidak memberontak dan mengangkat senjata jika melihat adanya kezaliman pada mereka atau perilaku yang buruk, tidak mempardayai mereka dengan pujian-pujian dusta, dan mendoakan mereka dengan kebaikan. Semua ini nasihat bagi para imam kaum muslimin dalam pengertian para khalifah dan selain mereka yang mengurusan urusan kaum muslimin, dari kalangan para penguasa. Inilah yang masyhur. Ini juga dikatakan oleh Al Khathabi. Kemudian dia berkata: ada juga yang metakwil bahwa pemimpin di sini adalah para ulama, dan nasihat bagi mereka adalah dengan menerima pandangan mereka, mengikuti mereka dalam masalah hukum, dan berbaik sangka kepada mereka.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 2/38-39)

Jangan sampai hanya karena presidennya dari Ikhwanul Muslimin, maka pemberontakan dan penggulingan adalah sah! Tidak peduli dia shalih atau tidak, berprestasi atau tidak, pokokya dari Ikhwan, maka boleh digulingkan.

Ada juga yang diam, tidak peduli, bahkan masih mencibir dan sinis karena Mursi adalah presiden terpilih melalui proses demokrasi yang kufur kata mereka … Wallahul Musta’an wa Ilahi Musytaka!

Pelajaran Keempat. Pentingnya kekuatan media

Di dalam negeri, kita dibombardir berita demonstrasi anti Mursi, seakan mereka mendominasi di sana. Padahal mereka –liberal, sekuler, dan salibis- adalah tirani minoritas. Bahkan memelintir berita adalah halal bagi mereka. Merubah hakikat peristiwa adalah biasa saja ….. walau itu zalim!

Fabaddalal ladziina zhalamuu qaulan ghairalladzi qiila lahum … dan orang-orang zalim itu merubah kata-kata yang tidak dikatakan kepada mereka .

Sebaliknya, aksi dukungan untuk Mursi sepi pemberitaan. Mereka tidak tertarik memberitakannya, walau aksi dukungan tersebut jauh lebih besar. Kenapa mereka tidak tertarik? Apakah juga karena ideologi yang berbeda? Ini pun juga dialami oleh aktifis muslim di Indonesia.

Jika memang begitu, apakah belum cukup alasan bagi aktifis Islam untuk memiliki Media sendiri? Jangan satu, buatlah seribu …..! Kita memiliki banyak SDM dan kekayaan, dan mampu untuk itu, tapi maukah?

Pelajaran Kelima. Pentingnya menda’wahi militer

Ya! Mereka adalah bagian dari mad’u kita. Bukan musuh, mereka punya moncong senjata kita punya fikrah. Paduan keduanya adalah kekuatan untuk menjaga agama dan teritori. Oleh karenanya Al Ustadz Hasan Al Banna pernah mengatakan bahwa di antara Syumuliatul Islam adalah Akhlaq wa Quwwah – akhlak dan kekuatan. Semua ini agar moncong mereka tidak diarahkan kepada aktifis muslim apalagi jamaah shalat. Melainkan kepada musuh-musuh Islam dan kaum muslimin.

Pelajaran Keenam. Sabar tiada henti

Inilah jalan da’wah, apa yang dialami oleh Ikhwanul Muslimin dengan berbagai sejarah panjang penyiksaan, penangkapan, pengusiran, dan pembunuhan yang mereka alami, baik di Mesir, atau di negara lain, dulu dan sekarang, adalah pengulangan apa yang dialami oleh Junudul Haq generasi pertama. Fa’tabiruu yaa ulil abshaaar!

Wallahu A’lam. [Sumber: Ustadzfarid.com]

Blogroll

About