Tuesday 21 January 2014

Posted by Unknown
No comments | 22:15
Hai orang orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr : 18)
Ayat tersebut diatas dengan sangat tegas menyuruh kita agar berbuat sesuatu untuk hari esok, untuk akhirat kita. Apakah kita sudah bertaqwa atau belum. Apakah kita sudah menghamparkan tikar amal sholeh kita, untuk kita datangi. Atau belum. Oleh karena itu, dibutuhkan analisa, evaluasi, perhitungan tentang kekinian kita. Apakah sudah baik atau belum.
Dalam salah satu hadist yang sangat masyhur disebutkan bahwa Nabi saw. Pernah bersabda, “Orang orang yang beruntung adalah mereka yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. Dan orang orang yang merugi adalah sewaktu hari ini sama dengan hari kemarin. Sedangkan mereka yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin adalah termasuk orang orang yang celaka.”
Kondisi kita apakah hari ini termasuk beruntung atau merugi ataukah termasuk yang celaka, hanya bias kita ketahui kalau kita mau bermuhasabah, menghisab diri, menghitung-hitung diri. Oleh karenanya, muhasabah itu merupakan keharusan yang tidak boleh tidak kita lakukan, kalau kita ingin selamat di dunia dan di akhirat. Kalau ingin hisabnya nanti ringan di akhirat.
Muhasabah adalah evaluasi diri atau intropeksi diri dalam rangka menilai bagaimana kemajuan atau kemunduran kita dalam menjalani hidup ini. Tanpa evaluasi diri kita tidak akan tahu tentang peerkembangan diri kita. Apakah bertambah baik atau malah bertambah jelek.
Haasibuu Anfusakum Qabla An-Tuhaasabuu.
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyebutkan tentang hisab ini. Bahkan kata para ahli ada sekitar 107 kali Allah memunculkan kalimat hisab ini dalam al-Qur’an. Ini karan begitu pentingnya bermuhasabah. Antara lain dalam QS al Ghasiyyah ayat 25-26, yaitu sebagai berikut: “Sesengguhnya kepada Kami-lah kembali mereka. Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” Atau dalam surat an-Nisa: 86, yaitu “Sesungguhnya Allah akan menghisab (memperhitungkan) segala sesuatu.”
Dari firman Allah tersebut di atas, kita mengetahui bahwa semua aktivitas kehidupan kita pasti dihisab oleh Allah, semuanya tanpa terkecuali. Apakah kebaikan atau kesalahan, semua pasti dihisab oleh Allah. Sehingga hari perhitungan itu disebut juga dengan Yaumil Hisab.
Umar bin Khattab, salah seorang sahabat utama, pernah suatu kali mengeluarkan ungkapan yang sangat terkenal sampai saat ini, yaitu: “Haasibuu Anfusakum Qabla An-Tuhaasabuu.” Hisablah dirimu sebelim nanti kamu dihisab oleh Allah. Artinya, kita pasti akan dihisab Allah nanti di akhirat kelak, di Yaumil Hisab. Oleh karan itu, untuk meringankan beban hisab kita nanti di Yaumil Hisab, maka mulai sekarang hisablah dirimu sendiri. Hitung-hitunglah setiap amal perbuatan yang telah kita lakukan, baik pernuatan baik maupun perbuatan buruk.
Kalau kita berani menghisab diri kita, maka keuntungan besar akan kita peroleh. Yaitu kita akan tahu persis dimana kekurangan kekurangan kita, yang harus segera kita perbaiki. Begitu juga kita akan tahu amalan baik apa saja yang belum kita lakukan, sehingga kita segera menyempurnakan amalan dan ibadah kita tersebut.
Bagaiman Cara Bermuhasabah
Ada banyak cara dalam melakukan muhasabah, antara lain sebagai berikut :
1.      Lakukan perbandingan antara kondisi kita saat ini dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Yang menjadi ukuran adalah sesuai atau tidak sesuai dengan al-Qur’an atau hadis Nabi.
2.      Pikirkan kelemahan, atau kekurangan yang ada dalam diri kita, sehingga kalu ditemukan kelemahan segera kita sempurnakan. Dan jika menemukan kekurangan segera diperbaiki.
3.      Tanamkan pada diri kita rasa khauf (takut) kepada Allah tatkala ada godaan untuk berbuat kesalahan dan dosa. Insyaallah rasa takut itu akan menyelamatkan kita di Yaumil Hisab kelak.
4.      Tanamkan perasaan selalu diawasi Allah, agar kita hati hati dalam menjalani hidup ini. Karena memang kita selalu dalam pengawasan Allah, sebagaimana fiman-Nya dalam QS an Nisa: 1, “Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
5.      Yakinlah pada diri kita bahwa semua perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawaban nanti pada hari akhir, sebagaimana firman Allah berikut “Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” Bahkan juga ditanya tentang nikmat apa saja yang sudah kamu gunakan. Dalam QS at Takatsur:8, Allah telah berfirman, “Kemudian pasti kamu akan ditanyai pada hari itu tentang nikmat (yang sudah kamu gunakan).”
Obyek dan Dampak Muhasabah
Pertanyaan berikut adalah hal apa saja yang perlu kita jadikan obyek muhasabah kita, antara lain:
1.      Ibadah sehari-hari perlu kita hisab, karena kita diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (az Zariyyat:56).
Apakah ibadah kita sudah sesuai dengan syariat Nabi saw?
2.      Kita juga perlu menghisab pola hubungan kita dengan orang lain apakah sudah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Karena disamping menjaga hubungan baik dengan Allah, juga harus menjaga hubungan baik dengan hamba Allah lainnya, “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.” (QS Ali Imran:112)
Nabi Muhammad saw bersabda: “sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusi lainnya.” Ini perlu kita hisab, apakah kita sudah sesuai dengan sabda Nabi tersebut?
3.      Kita juga perlu menghisab dalam kaitannya dengan sumber rezki kita. Apakah halal atau haram.apakah dalam kita menjalankan pekerjaan jujur, tidak menipu, tidak korupsi dan seterusnya. Hisablah semuannya, dan jangan ada yang tidak sesuai dengan tuntunan al Qur’an dan al Hadis.
4.      Tidak kalah pentingnya yang harus kita hisab adalah dalam kita berhubungan dengan keluarga, dengan suami/isteri, dengan anak anak, dengan bapak/ibu mertua dan saudara lainnya. Apakah pola hubungan kita sudah sesuai dengan yang dituntunkan Allah dan Rasul-Nya? Hisablah dengan cermat.
5.      Begitu juga dengan diri kita sendiri, apakah kita sudah berhati hati menjaga diri kita dari api neraka? Apakah kita termasuk orang yang mendzolimi diri sendiri atau tidak? Hisablah! Agar kita selamat besok di akhirat kelak.
6.      Terakhir, hisablah juga bagaimana perlakuan kita kepada sesame makhluk Allah. Jangan sampai kita termasuk yang suka menyiksa hewan. Jangan kita suka merusak alam, berusahalah untuk menjdi makhluk-Nya yang taat terhadap perintahnya dan meninggalkan lanrangannya.
Akhirnya kalau semua itu telah dihisab, maka dampaknya akan mudah bagi kita untuk bertaubat;kalau kita temukan kekurangan disana sini. Dan tobat itu akan mengantarkan kita menjadi hamba yang disayang Allah. Sebgaimana firman-nya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat dan menyukai orang orang yang mensucikan diri.” (al Baqoroh:222).
Dampak berikutnya disamping kita segera ber taubat, kalau kita temukan diri kita berbuat salah, atau mndzolimi diri, maka kita akan cepat beristigfar, mohon ampun kepada Allah. Firman-Nya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia beristigfar kepada Allah, niscahya ia mendapati Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”
Dampak laiinya kita akan mencari cair amalan baik yang belum sempat kita lakukan selama ini. Kita akan rajin berdo’a. rajin berdzikir. Banyak melakukan amal sholeh. Dan segera meninggalkan larangan-Nya. Begitu besarnya manfaat muhasabah. Semoga kita dituntun Allah untuk selalu bermuhasabah. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Drs. H. Bakrim Ma’as

Wednesday 15 January 2014

Posted by Unknown
No comments | 01:14

Nama aslinya Vlad Tepes (dibaca Tse-pesh). Dia lahir sekitar bulan Desember 1431 M di Benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania. Ayahnya bernama Basarab (Vlad II), yang terkenal dengan sebutan Vlad Dracul, karena keanggotaannya dalam Orde Naga. Dalam bahasa Rumania, “Dracul” berarti naga. Sedangkan akhiran “ulea” artinya “anak dari”. Dari gabungan kedua kata itu, Vlad Tepes dipanggil dengan nama Vlad Draculea ( dalam bahasa Inggris dibaca Dracula), yang berarti anak dari sang naga.
Ayah Dracula adalah seorang panglima militer yang lebih sering berada di medan perang ketimbang di rumah. Praktis Dracula hanya mengenal sosok sang Ibu, Cneajna, seorang bangsawan dari kerajaan Moldavia. Sang ibu memang memberikan kasih sayang dan pendidikan bagi Dracula. Namun itu tidak mencukupi untuk menghadapi situasi mencekam di Wallachia saat itu. Pembantaian sudah menjadi tontonan harian. Seorang raja yang semalam masih berkuasa, di pagi hari kepalanya sudah diarak keliling kota oleh para pemberontak.
Pada usia 11 tahun, Dracula bersama adiknya, Radu, dikirim ke Turki. Hal ini dilakukan sang Ayah sebagai jaminan kesetiaannya kepada kerajaan Turki Ustmani yang telah membantunya merebut tahta Wallachia dari tangan Janos Hunyadi. Selama di Turki, kakak beradik ini memeluk agama Islam, bahkan mereka juga sekolah di madrasah untuk belajar ilmu agama. Tak seperti adiknya yang tekun belajar, Dracula justru sering mencuri waktu untuk melihat eksekusi hukuman mati di alun-alun. Begitu senangnya dia melihat kepala-kepala tanpa badan dipancang di ujung tombak. Sampai-sampai sehari saja tidak ada hukuman mati, maka dia segera menangkap burung atau tikus, kemudian menyiksanya dengan tombak kecil sampai mati.
Dengan status muslimnya, Dracula mempunyai kesempatan belajar kemiliteran pada para prajurit Turki yang terkenal andal dalam berperang. Dalam waktu singkat dia bisa menguasai seni berperang Turki, bahkan melebihi prajurit Turki lainnya. Hal ini menarik perhatian Sultan Muhammad II ( di Eropa disebut Sultan Mehmed II). Hingga pada tahun 1448 M, menyusul kematian Ayah dan kakaknya, Mircea, yang dibunuh dalam kudeta yang diorganisir Janos Hunyadi, Kerajaan Turki mengirim Dracula untuk merebut Wallachia dari tangan salib Kerajaan Honggaria. Saat itu Dracula berusia 17 tahun.
Many Faces of Vlad Dracula
Aksi Biadab Dracula
Dengan bantuan Turki Dracula dapat merebut tahta Wallachia. Setelah itu, sebagian besar pasukan kembali ke Turki dengan menyisakan sebagian kecil di Wallachia. Tanpa pernah diduga, Dracula murtad dan berkhianat. Dia menyatakan memisahkan diri dari Turki. Para prajurit Turki yang tersisa di Wallachia ditangkapi. Setelah beberapa hari disekap di ruang bawah tanah, mereka diarak telanjang bulat menuju tempat eksekusi di pinggir kota. Di tempat ini seluruh sisa prajurit Turki dieksekusi dengan cara disula. Yakni dengan ditusuk duburnya dengan balok runcing sebesar lengan, kemudian dipancangkan di tengah lapangan.
Dua bulan kemudian Janos Hunyadi berhasil merebut tahta Wallachia dari tangan Dracula. Namun pada tahun 1456 hingga 1462 Dracula kembali berkuasa di Wallachia. Masa pemerintahannya kali ini adalah masa-masa teror yang sangat mengerikan. Yang menjadi korban aksi sadisnya bukan hanya umat Islam yang tinggal di Wallachia, tapi juga para tuan tanah dan rakyat Wallachia yang beragama Khatolik.
Di hari Paskah tahun 1459, Dracula mengumpulkan para bangsawan dan tuan tanah beserta keluarganya di sebuah gereja dalam sebuah jamuan makan. Setelah semuanya selesai makan, dia memerintahkan semua orang yang ada ditempat itu ditangkap. Para bangsawan yang terlibat pembunuhan ayah dan kakaknya dibunuh dengan cara disula. Sedang lainnya dijadikan budak pembangunan benteng untuk kepentingan darurat di kota Poenari, di tepi sungai Agres. Sejarawan Yunani, Chalcondyles, memperkirakan jumlah semua tahanan mencapai 300 kepala keluarga. Terdiri dari laki-laki dan perempuan, orang tua, bahkan anak-anak.
Aksi Dracula terhadap umat Islam di Wallachia jauh lebih sadis lagi. Selama masa kekuasaannya, tak kurang dari 300 ribu umat Islam dibantainya. Berikut sejumlah peristiwa yang digunakan Dracula sebagai ajang pembantaian umat Islam:
Pembataian terhadap prajurit Turki di ibu kota Wallachia, Tirgoviste. Ini terjadi pada awal kedatangannya di sana, setelah mengumumkan perlawanannya terhadap Turki.
Hutan Mayat yang Tersula
Pada 1456, Dracula membakar hidup-hidup 400 pemuda Turki yang sedang menimba ilmu pengetahuan di Wallachia. Mereka ditangkapi dan ditelanjangi, lalu diarak keliling kota yang akhirnya masukkan ke dalam sebuah aula. Aula tersebut lalu dibakar dengan ratusan pemuda Turki di dalamnya.
Aksi brutal lainnya, adalah pembakaran para petani dan fakir miskin Muslim Wallachia pada acara penobatan kekuasaannya. Para petani dan fakir miskin ini dikumpulkan dalam jamuan makan malam di salah satu ruangan istana. Tanpa sadar mereka dikunci dari luar, kemudian ruangan itu dibakar.
Dendam Dracula terhadap Turki dan Islam semakin menjadi. Untuk menyambut hari peringatan St. Bartholome, 1459, dia memerintahkan pasukannya untuk menangkapi para pedagang Turki yang ada di Wallachia. Dalam waktu sebulan terkumpullah 30 ribu pedagang Turki beserta keluarganya. Para pedagang yang ditawan ditelanjangi lalu digiring menuju lapangan penyulaan. Lalu mereka disula satu persatu.
Aksi kejam lainnya adalah dengan menyebar virus penyakit mematikan ke wilayah-wilayah yang didiami kaum Muslimin. Dia juga memerintahkan pasukannya meracuni Sungai Danube. Ini adalah taktik Dracula untuk membunuh pasukan Turki yang membangun kubu pertahanan di selatan Sungai Danube.
Pada 1462 M, Sultan Turki, Muhammad II mengirim 60 ribu pasukan untuk menangkap Dracula hidup atau mati. Pemimpin pasukan adalah Radu, adik kandung Dracula. Mengetahui rencana serangan ini, Dracula menyiapkan aksi terkejamnya untuk menyambut pasukan Turki.
Sepekan sebelum penyerangan, dia memerintahkan pasukannya untuk memburu seluruh umat Islam yang tersisa di wilayahnya. Terkumpullah 20 ribu umat Islam yang terdiri dari pasukan Turki yang tertawan, para petani, dan rakyat lainnya. Selama empat hari mereka digiring dengan telanjang bulat dari Tirgoviste menuju tepi Sungai Danube. Dua hari sebelum pertempuran, para tawanan disula secara masal di sebuah tanah lapang. Mayat-mayat tersula tersebut kemudian diseret menuju tepi sungai. Lalu dipancang di kiri dan kanan jalan, yang membentang sejauh 10 km untuk menyambut pasukan Turki.
Pemandangan mengerikan ini hampir membuat pasukan Turki turun mental. Namun semangat mereka kembali bangkit saat melihat sang Sultan begitu berani menerjang musuh. Mereka terus merangsek maju, mendesak pasukan Dracula melewati Tirgoviste hingga ke Benteng Poenari.
Pasukan Turki yang dipimpin Radu berhasil mengepung Benteng Poenari. Merasa terdesak, isteri Dracula memilih bunuh diri dengan terjun dari salah satu menara benteng. Sedang Dracula melarikan diri ke Honggaria melalui lorong rahasia. Hingga tahun 1475 M Wallachia dikuasai oleh Kerajaan Turki, sebelum akhirnya direbut kembali oleh Dracula yang disokong pasukan salib dari Transylvania dan Moldavia.
Dracula tewas dalam pertempuran melawan pasukan Turki pimpinan Sultan Muhammad II di tepi Danau Snagov, pada Desember 1476. Kepala Dracula dipenggal, kemudian dibawa ke Konstantinopel untuk dipertunjukkan kepada rakyat Turki. Sedang badannya dikuburkan di Biara Snagov oleh para biarawan.
Selain melalui cerita turun-temurun rakyat Rumania, bukti-bukti sejarah terkait riwayat kelam Drakula juga tercatat dengan baik di sejumlah pamflet yang beredar di Jerman dan Rusia

Sunday 12 January 2014

Posted by Unknown
No comments | 04:52
Saat Nabi Muhammad SAW hidup, tidak ada seorang pun yang pernah melukis wajahnya, dan juga kamera foto belum lagi ditemukan.

Jadi itulah sebenarnya duduk masalahnya. Dan dengan masalah itu sebenarnya kita harus bangga.
Sebab keharaman menggambar wajah nabi SAW justru merupakan bukti otentik betapa Islam sangat menjaga ashalah (originalitas) sumber ajarannya.

Larangan melukis Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terkait dengan keharusan menjaga kemurnian ‘aqidah kaum muslimin.
Sebagaimana sejarah permulaan timbulnya paganisme atau penyembahan kepada berhala adalah dibuatnya lukisan orang-orang sholih, yaitu Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr oleh kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam. Memang pada awal kejadian, lukisan tersebut hanya sekedar digunakan untuk mengenang kesholihan mereka dan belum disembah.

Tetapi setelah generasi ini musnah, muncul generasi berikutnya yang tidak mengerti tentang maksud dari generasi sebelumnya membuat gambar-gambar tersebut, kemudian syetan menggoda mereka agar menyembah gambar-gambar dan patung-patung orang sholih tersebut.

Melukis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dilarang karena bisa membuka pintu paganisme atau berhalaisme baru, padahal Islam adalah agama yang paling anti dengan berhala.

Demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela kelakuan orang-orang ahli kitab yang mengkultuskan orang-orang sholih mereka dengan membuat gambar-gambarnya agar dikagumi lalu dipuja.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menyerupai mereka :
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud)

Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Janganlah kalian menyanjungku berlebihan sebagaimana orang-orang Nashrani menyanjung Putera Maryam, karena aku hanya hamba-Nya dan Rasul utusan-Nya.” (HR. Ahmad dan Al-Bukhori)

Itulah sebab utama kenapa Umat Islam dilarang melukis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu dalam rangka menjaga kemurnian ‘aqidah tauhid.

Allahu Akbar !!! Allahu Akbar!!!
Wallahu 'alam..


taken from : strawberry

Blogroll

About