Hai
orang orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.
Al Hasyr : 18)
Ayat tersebut
diatas dengan sangat tegas menyuruh kita agar berbuat sesuatu untuk hari esok,
untuk akhirat kita. Apakah kita sudah bertaqwa atau belum. Apakah kita sudah
menghamparkan tikar amal sholeh kita, untuk kita datangi. Atau belum. Oleh
karena itu, dibutuhkan analisa, evaluasi, perhitungan tentang kekinian kita.
Apakah sudah baik atau belum.
Dalam salah
satu hadist yang sangat masyhur disebutkan bahwa Nabi saw. Pernah bersabda, “Orang orang yang beruntung adalah mereka yang
hari ini lebih baik dari hari kemarin. Dan orang orang yang merugi adalah
sewaktu hari ini sama dengan hari kemarin. Sedangkan mereka yang hari ini lebih
buruk dari hari kemarin adalah termasuk orang orang yang celaka.”
Kondisi kita
apakah hari ini termasuk beruntung atau merugi ataukah termasuk yang celaka,
hanya bias kita ketahui kalau kita mau bermuhasabah, menghisab diri,
menghitung-hitung diri. Oleh karenanya, muhasabah itu merupakan keharusan yang
tidak boleh tidak kita lakukan, kalau kita ingin selamat di dunia dan di
akhirat. Kalau ingin hisabnya nanti ringan di akhirat.
Muhasabah
adalah evaluasi diri atau intropeksi diri dalam rangka menilai bagaimana
kemajuan atau kemunduran kita dalam menjalani hidup ini. Tanpa evaluasi diri
kita tidak akan tahu tentang peerkembangan diri kita. Apakah bertambah baik
atau malah bertambah jelek.
Haasibuu Anfusakum Qabla An-Tuhaasabuu.
Dalam al-Qur’an
banyak sekali ayat-ayat yang menyebutkan tentang hisab ini. Bahkan kata para
ahli ada sekitar 107 kali Allah memunculkan kalimat hisab ini dalam al-Qur’an.
Ini karan begitu pentingnya bermuhasabah. Antara lain dalam QS al Ghasiyyah
ayat 25-26, yaitu sebagai berikut: “Sesengguhnya
kepada Kami-lah kembali mereka. Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab
mereka.” Atau dalam surat an-Nisa: 86, yaitu “Sesungguhnya Allah akan menghisab (memperhitungkan) segala sesuatu.”
Dari firman
Allah tersebut di atas, kita mengetahui bahwa semua aktivitas kehidupan kita
pasti dihisab oleh Allah, semuanya tanpa terkecuali. Apakah kebaikan atau
kesalahan, semua pasti dihisab oleh Allah. Sehingga hari perhitungan itu
disebut juga dengan Yaumil Hisab.
Umar bin
Khattab, salah seorang sahabat utama, pernah suatu kali mengeluarkan ungkapan
yang sangat terkenal sampai saat ini, yaitu: “Haasibuu Anfusakum Qabla An-Tuhaasabuu.” Hisablah dirimu sebelim nanti
kamu dihisab oleh Allah. Artinya, kita pasti akan dihisab Allah nanti di
akhirat kelak, di Yaumil Hisab. Oleh karan itu, untuk meringankan beban hisab
kita nanti di Yaumil Hisab, maka mulai sekarang hisablah dirimu sendiri.
Hitung-hitunglah setiap amal perbuatan yang telah kita lakukan, baik pernuatan
baik maupun perbuatan buruk.
Kalau kita
berani menghisab diri kita, maka keuntungan besar akan kita peroleh. Yaitu kita
akan tahu persis dimana kekurangan kekurangan kita, yang harus segera kita
perbaiki. Begitu juga kita akan tahu amalan baik apa saja yang belum kita
lakukan, sehingga kita segera menyempurnakan amalan dan ibadah kita tersebut.
Bagaiman Cara Bermuhasabah
Ada banyak cara dalam melakukan muhasabah,
antara lain sebagai berikut :
1.
Lakukan perbandingan antara
kondisi kita saat ini dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Yang menjadi ukuran
adalah sesuai atau tidak sesuai dengan al-Qur’an atau hadis Nabi.
2.
Pikirkan kelemahan, atau kekurangan
yang ada dalam diri kita, sehingga kalu ditemukan kelemahan segera kita
sempurnakan. Dan jika menemukan kekurangan segera diperbaiki.
3.
Tanamkan pada diri kita rasa khauf (takut) kepada Allah tatkala ada
godaan untuk berbuat kesalahan dan dosa. Insyaallah rasa takut itu akan
menyelamatkan kita di Yaumil Hisab kelak.
4.
Tanamkan perasaan selalu diawasi
Allah, agar kita hati hati dalam menjalani hidup ini. Karena memang kita selalu
dalam pengawasan Allah, sebagaimana fiman-Nya dalam QS an Nisa: 1, “Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.”
5.
Yakinlah pada diri kita bahwa
semua perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawaban nanti pada hari akhir,
sebagaimana firman Allah berikut “Sesungguhnya
kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.” Bahkan juga
ditanya tentang nikmat apa saja yang sudah kamu gunakan. Dalam QS at
Takatsur:8, Allah telah berfirman, “Kemudian
pasti kamu akan ditanyai pada hari itu tentang nikmat (yang sudah kamu
gunakan).”
Obyek dan Dampak Muhasabah
Pertanyaan berikut adalah hal apa saja yang
perlu kita jadikan obyek muhasabah kita, antara lain:
1.
Ibadah sehari-hari perlu kita
hisab, karena kita diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana
firman-Nya: “Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (az
Zariyyat:56).
Apakah ibadah kita sudah
sesuai dengan syariat Nabi saw?
2.
Kita juga perlu menghisab pola
hubungan kita dengan orang lain apakah sudah sesuai dengan tuntunan Allah dan
Rasul-Nya. Karena disamping menjaga hubungan baik dengan Allah, juga harus
menjaga hubungan baik dengan hamba Allah lainnya, “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.” (QS
Ali Imran:112)
Nabi Muhammad saw bersabda:
“sebaik baik manusia adalah yang
bermanfaat bagi manusi lainnya.” Ini perlu kita hisab, apakah kita sudah
sesuai dengan sabda Nabi tersebut?
3.
Kita juga perlu menghisab dalam
kaitannya dengan sumber rezki kita. Apakah halal atau haram.apakah dalam kita
menjalankan pekerjaan jujur, tidak menipu, tidak korupsi dan seterusnya.
Hisablah semuannya, dan jangan ada yang tidak sesuai dengan tuntunan al Qur’an
dan al Hadis.
4.
Tidak kalah pentingnya yang
harus kita hisab adalah dalam kita berhubungan dengan keluarga, dengan suami/isteri,
dengan anak anak, dengan bapak/ibu mertua dan saudara lainnya. Apakah pola
hubungan kita sudah sesuai dengan yang dituntunkan Allah dan Rasul-Nya?
Hisablah dengan cermat.
5.
Begitu juga dengan diri kita
sendiri, apakah kita sudah berhati hati menjaga diri kita dari api neraka?
Apakah kita termasuk orang yang mendzolimi diri sendiri atau tidak? Hisablah!
Agar kita selamat besok di akhirat kelak.
6.
Terakhir, hisablah juga
bagaimana perlakuan kita kepada sesame makhluk Allah. Jangan sampai kita
termasuk yang suka menyiksa hewan. Jangan kita suka merusak alam, berusahalah
untuk menjdi makhluk-Nya yang taat terhadap perintahnya dan meninggalkan
lanrangannya.
Akhirnya kalau
semua itu telah dihisab, maka dampaknya akan mudah bagi kita untuk
bertaubat;kalau kita temukan kekurangan disana sini. Dan tobat itu akan
mengantarkan kita menjadi hamba yang disayang Allah. Sebgaimana firman-nya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang orang
yang bertaubat dan menyukai orang orang yang mensucikan diri.” (al
Baqoroh:222).
Dampak
berikutnya disamping kita segera ber taubat, kalau kita temukan diri kita
berbuat salah, atau mndzolimi diri, maka kita akan cepat beristigfar, mohon
ampun kepada Allah. Firman-Nya: “Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia
beristigfar kepada Allah, niscahya ia mendapati Allah Maha pengampun lagi Maha
penyayang.”
Dampak laiinya
kita akan mencari cair amalan baik yang belum sempat kita lakukan selama ini.
Kita akan rajin berdo’a. rajin berdzikir. Banyak melakukan amal sholeh. Dan
segera meninggalkan larangan-Nya. Begitu besarnya manfaat muhasabah. Semoga
kita dituntun Allah untuk selalu bermuhasabah. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Drs.
H. Bakrim Ma’as